Puisi Untukmu Wahai Setan Negeri
UNTUKMU WAHAI SETAN NEGERI
Oleh: Rhet Imanuel
Ketika rindu menjadi kata yang membosankan
Mengait hujan dengan ratapan
Pohon, ranting, juga dedaunan turut semarakkan
Tiada di penghujung langit menatap kemanusiaan
Bungkamlah metafora berikut majas lainnya
Sejenak hentikan mulut-mulut pujangga dan ganti
pandanglah sosok negeri
Selebritis berlagak simpati demi kompetisi
Menggadai akhlak bertopikan ambisi
tidakpun susah mendapat sesuap nasi
Sayang, hati dinodai rasa iri
Pujangga pemain kata
menyisipkan berbagai makna
Hilangkah juga suara ataukah tinta tiada
Takut berdarah-darah menyajakkan keadilan
Berseru-seru, “keserasian adalah mengumpulkan perbedaan?”
Ah, lihatlah penipu-penipu kitab bermain muslihat
Tunggangi tuhan lupa pada kodrat
Katakanlah, “iyakah sama dan serupa sebagai tukang kerat?”
Berjalan-jalan ibarat singa mengaum, unjuk sesaat
Dunia bangsat, surganya orang-orang sekarat
Yang benar dimatikan hingga berkarat
Tanah air kaugadaikan
Agama diperjual-belikan layaknya ikan-ikan asin di pasaran
Masih saja lupa sajak-sajak pertiwi adalah pahlawan negeri
Bung Karno bapak Proklamator sejati
Dihina kauberdiam diri dan bersembunyi
Anak-anak bangsa merasa teri nyali
Di atas materai tak kunjung mengendus prostitusi
Salahkah budaya atau memang kita tak tahu diri?
Semarang, 07/11/16
0 Response to "Puisi Untukmu Wahai Setan Negeri "
Post a Comment